Jumat, 27 November 2015

Ketika Target LK 1 Tidak Tercapai, Siapakah yang Bertanggungjawab?

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan sebuah organisasi yang berfungsi sebagai organisasi kader, hal ini sesuai dengan anggaran dasar HMI pasal 8 tentang fungsi. Pengkaderan di HMI cabang padang memiliki beberapa tingkatan, diawali basic training/Latihan Kader 1 (LK 1), intermediate training/Latihan Kader 2 (LK 2) dan advance training/Latihan Kader 3 (LK 3) serta pelatihan lainya.
Basic training/Latihan Kader 1 (LK 1) merupakan latihan tingkat dasar untuk calon anggota HMI. Sesorang akan menjadi anggota biasa di HMI jika telah lulus mengikuti LK 1. LK 1 di HMI cabang padang dilaksanakan selama satu minggu berturut-turut. Calon peserta bisa mengikuti LK 1 setelah melakukan registrasi, screening, dan general interview.
LK 1 dikelola oleh seorang master of training dibantu oleh dua orang wakil master serta beberapa instruktur. Pengelola ini merupakan kader HMI yang telah lulus LK 2 dan anggota BPL (Badan Pengelola Latihan). BPL merupakan lembaga yang bertanggungjawab dalam proses pengkaderan di HMI. Sebelum LK 1 di angkatkan panitia LK 1 mengadakan kesepakatan dengan pengelola dan BPL.
Pengelola dalam menjalankan LK 1 membuat target-target yang lebih spesifik, target ini disusun dalam kerangka training. Target LK 1 berbeda untuk setiap periodenya, hal ini disesuaikan dengan tema yang dirumuskan panitia dan tidak menyalahi tujuan dan target dasar LK 1.
Tujuan LK 1 yaitu terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi dan peranya dalam berorganisasi serta kewajibanya sebagai kader umat dan kader bangsa. Target LK 1 yaitu memiliki kesadaran menjalankan ajaran islam, mampu meningkatkan kemampuan akademis, memiliki kesadaran akan tanggungjawab keumatan dan kebangsaan serta memiliki kesadaran berorganisasi.
Pasca LK 1 peserta resmi menjadi anggota biasa HMI dan dikembalikan untuk berproses di komisariat masing-masing. namun dari semua peserta yang lulus, kurang dari 50% yang menjalani proses di komisariat. Kebanyakan kader menghilang dan kembali ke dunia awalnya sebelum mengikuti LK 1. Tidak hanya permasalahan di dalam organisasi, secara pribadi peserta yang ditanamkan nilai-nilai selama proses LK 1 jarang mengaplikasikanya di dalam keseharian. Dapat dilihat dari sisi agama, peserta yang selama pelatihan melaksanakan shalat berjamaah dan tadarusan selesai magrib sering tidak shalat lagi setelah LK 1 berakhir.
Memang mustahil rasanya dapat merubah peserta dan dapat menanamkan nilai-nilai hanya dalam waktu pelaksanaan LK 1 selama 7 hari, namun untuk antisipasi, telah ada kegiatan pasca LK 1 yaitu Follow Up. Follow up diadakan sesuai kesepakatan pengelola dan peserta. Saat follow up peserta tetap menjalin hubungan emosional sesama peserta dan pengelola, selain itu pada saat follow up diadakan diskusi-diskusi tentang materi LK 1 ataupun topik lainya.
Pada dasarnya ada pihak yg lebih berperan untuk mempertanggungjawabkan pengkaderan hmi yaitu bidang Pembinaan Anggota (PA) di Cabang. Sesuai dengan konstitusi hmi pada pedoman kepengurusan, PA bertugas untuk mendorong dan mengwasi tumbuh berkembangnya badan pengelola latihan cabang, bertanggungjawab atas pelaksanaan LK ditingkatan cabang dan lain-lain.

Oleh karena itu dperlukan sinergisitas dan komunikasi yang baik  antara PA cabang dan BPL untuk  menciptakan formulasi program followup yang lebih efektif dan efesien demi pencapaian target LK  1. Karena tidak sedikit pertanyaan yang muncul, ketika target LK 1 tidak tercapai siapakah yang bertanggungjawab?

Rabu, 25 November 2015

NutriSari Jeruk Peras, Rasanya Kayak Dirumah

Nutrisari adalah salah satu dari ribuan produk minuman sachet. Terdapat berbagai varian rasa nutrisari seperti nutrisari jeruk, mangga, jeruk nipis,strawberry dan jeruk peras nutrisari jeruk peras merupakan varian terbaru dari nutrisari. varian ini baru diproduksi pada tahun 2015.

Dalam iklan terbarunya yang diperankan joshua, jordi dan dua temanya, diisukan sebagai iklan yang terselubung karena terdapat lambang iluminati. mmm tapi sahabat, kali ini kita gak akan bahas yang berat-berat kayak gitu deh. saya fikir masyarakat awam tidak akan mengerti simbol tersebut. Dan buat akademisi ataupun kaum intelektual yang mengerti. Tentunya mereka mampu menyaring dan mencerdasinya. baik dengan cara melaporkan ataupun mengusut hingga dihapuskan iklan ini.

Nah... sahabat, mari kita lihat lagi iklan nutrisari yang sebelum ini.

Pecakapan Joshua dengan Jordi.
Jordi : Kangen mama nih

Jeruk ; kangen jeruk perasnya ya...

Jordi : bener tuh... pulang ah...

Jeruk : wah ikut dong!
Jordi : yuk yuk yuk (membayangkan mama yang sedang meras jeruk)

Joshua : kan baru pulang minggu lalu, minum ini aja (sambil memegang nutrisari jeruk peras)
sekarang kan ada nutrisari jeruk peras, rasanya kayak dirumah.

jeruk : mau dong... setetes aja (eh joshuanya malah gak ngasih)
Joshua : jeruk kok minum jeruk

dari iklan ini dapat kita cermati bahwa produk ini hanya di peruntukan buat anak kost-kostan atau remaja yang tinggal jauh dari orang tuanya. tapi sahabat iklan ini ada kekurangnya lo...
1. masak si jordi cuma ingat mamanya karena kangen jeruk peras
2. pangsa pasar produk ini juga berkurang gara-gara iklan kayak gini. jelas sekali dari iklanya produk ini cuma buat anak kost yang gak punya peralatan buat meras jeruk, gak ada waktu buat beli jeruk dan hanya ingin praktis.
3. satu lagi... kayaknya tim kreatif nya gak bisa nyari kata-kata lain deh,.. dari kecil sampai dewasa si joshua cuma bilang "masak jeruk minum jeruk" :D



Selasa, 24 November 2015

Silaturahmi (Hangout Bareng Sahabat)

"Sahabat, terimakasih untuk setiap kisah yang kita jalani bersama. Juga hari ini, kegiatan menunggu yang wajib dan harus kita lalui sebagai mahasiswa tingkat akhir terasa menyenangkan. Berbagi pengalaman, berbagi tawa, saling menasehati dan saling membantu. Terimakasih masih bersedia menjaga silaturahmi diantara kita. "


Tahukah sahabat apa itu silaturahmi?
Silaturahmi bisa dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja, kayak internet deh, yg mampu menembus batas ruang dan waktu. Menurut kamus besar bahasa indonesia silaturrahmi diartikan sebagai tali persahabatan atau tali persaudaraan. Lain hal dalam bahasa arab, silaturrahmi terdiri dari dua kata yaitu Shilah (sesuatu yang menghubungkan/hubungan) dan Rahm (kerabat, rumah, tempat pembentukan janin) namun secara keseluruhan diartikan sebagai perbuatan baik diantara kerabat dekat baik menurut garis keturunan maupun perkawunan, berlemah lembut dan mengasihi mereka serta menjaga keadaan mereka.

Pada zaman sekarang silaturrahmi bahasa gaulnya hangout kali yaaaa.. hehe. Hangout bisa diartikan nongkrong bareng bersama para sahabat dan teman-teman namun dalam artian positif ya sahabat, misalnya hangout remaja mesjid dalam kepanitiaan MTQ :)

Slaturrahmi / hangout banyak manfaatnya lo sahabat. yuk mari kita telaah.
  • Manfaat Menyambung Silaturrahmi
Menurut Rasulullah, Allah SWT akan melapangkan rezeki orang yang suka menyambung tali silaturahmi. Allah juga akan memanjangkan umur kepadanya. Rasulullah pernah bersabda, ”Tidak ada satu kebaikanpun yang pahalanya lebih cepat diperoleh daripada silaturahmi, dan tidak aka satu dosapun yang adzabnya lebih cepat diperoleh di dunia, disamping akan diperoleh di akherat, melebihi kezaliman dan memutuskan tali silaturahmi.”

Dalam sebuah riwayat lain, dari Anas r.a, ia berkata bahwa Rasullah saw bersabda, “Barangsiapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dilamakan bekas telapak kakinya (dipanjangkan umurnya), hendaknya ia menyambung tali silaturahmi. [Mutafaq ‘alaih]

Ali r.a meriwayatkan dalam sebuah hadist, “Barangsiapa yang mengambil tanggungjawab atas suatu perkara, aku akan menjamin baginya empat perkara. Barangsiapa bersilaturahmi, umurnya akan dipanjangkan, kawan-kawannya akan cinta kepadanya, rezekinya akan dipalangkan, dan ia aman masuk ke dalam surga. (Kanzul ‘Ummal).

Al-Qurthubi mengatakan, “Seluruh agama sepakat bahwa menyambung silaturahmi wajib dan memutuskannya diharamkan“.

Ibnu Abidin al-Hanafi mengatakan;
”Menyambung silaturahmi wajib meskipun hanya dengan mengucapkan salam, memberi hadiah, memberi pertolongan, duduk bareng, ngobrol, bersikap ramah dan berbuat baik. Kalau seseorang yang hendak disilaturahmi berada di lain tempat cukup dengan berkirim surat, namun lebih afdol kalau ia bisa berkunjung ke tempat tinggalnya”.

Orang yang menyambung silaturahmi akan mendapat balasan di dunia berupa: kedekatan kepada Allah, rezekinya diluaskan, umurnya dipanjangkan, rumahnya dimakmurkan, tercegah dari mati dengan cara tidak baik, dicintai Allah dan dicintai keluarganya. Yang lebih penting dari itu semua, di akhirat kelak, ia akan mendapat balasan surga dari Allah SWT.

Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan akan ke surga”. Rasulullah menjawab; “Engkau menyembah Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu, engkau dirikan shalat, tunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahmi“. (HR. Bukhari).

Dan yang terakhir, Rasulullah pernah berkata pada sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq r.a bahwa tiga perkara berikut ini benar adanya. Pertama, barangsiapa yang dizalimi kemudian ia memaafkan, maka kemuliannya akan bertambah. Kedua, barangsiapa yang meminta-minta untuk meningkatkan hartanya, maka, hartanya akan berkurang. Ketiga, barangsiapa yang membuka pintu pemberian dan silaturahmi, maka hartanya kan bertambah.
  • Kerugian Terputusnya Silaturahmi
Ancaman Allah swt terhadap orang yang memutuskan tali silaturhami sangat serius. Dalam Surat Muhammad ayat 22-23, Allah swt. memvonisnya sebagai orang yang terkutuk, dengan telinga ditulikan dan penglihatannya dibutakan. Artinya, nasihat-nasihat baik tidak akan bisa masuk telinga dan merasuk hatinya. Ia juga kesulitan melihat kebenaran walaupun kebenaran itu nyata di depan mata.

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa ta’ala juga memberi predikat sebagai orang fasik dan merugi (QS. al-Baqarah 26-27), terkutuk dan penghuni neraka jahannam (QS. al-Ra’d 25). Ancaman al-Qur’an ini kemudian dita’kid (dikuatkan) oleh hadis Rasulullah saw: “Tidak masuk surga orang yang memutus keluarga.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Muhammad Baqir ra pernah mendapat wasiat dari ayahnya (Imam Zainul Abidin, ra). Ia (kata Baqir) telah berwasiat kepadaku, “Janganlah duduk bersama lima jenis manusia. Jangan berbicara kepada mereka, bahkan jangan berjalan bersama mereka, meskipun tidak disengaja.
Pertama, Orang Fasik. Karena ia akan menjualmu hanya untuk sesuap makanan.
Kedua, Orang Bakhil. Karena ia akan memutuskan hubungan di saat kita kita memerlukan.
Ketiga, Pembohong. Karena ia akan menipumu. Karena ia akan senantiasa menipumu.
Keempat, Orang Bodoh. Karena ia berkeinginan memberikan manfaat bagimu, namun karena kebodohannya, ia jutru merugikanmu.
Kelima, Orang yang memutuskan tali silaturahmi. Karenanya, janganlah berdekatan dengannya.

Oleh sebab itu, hukuman orang yang memutus kerabat sungguh berat. Hukuman itu tidak hanya di akhirat tapi juga ditimpakan sejak di dunia. Sebab, memutus tali kekerabatan termasuk dari salah satu dosa besar. Bahkan dosa itu berimplikasi kepada orang-orang di sekitarnya.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya ada seorang pemutus keluarga.”(HR. Bukhari) . Hadis ini menunjukkan bahwa dosa memutus kerabat juga berakses negatif (dicabutnya Rahmat Allah) terhadap orang-orang yang hidup di sekitarnya. Saudara yang berpisah dan berseteru biasanya disebabkan pada masalah perebutan harta, warisan, kecemburuan, dan soal pribadi. Konflik dalam masalahmasalah tersebut sudah biasa terjadi dan sering terdengar telinga kita.

Memutus tali silaturahmi adalah sesuatu yang dilarang oleh agama Islam. Dalam Q.S an-Nisa’: 1, Allah berfirman, “Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-namaNya, kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.”

Dalam kitab Ahkam al-Qur’an-nya, Ibnu al-Arabi menafsirkan ayat ini dengan: “Takutlah kepada Allah untuk berdosa kepada-Nya dan takutlah untuk memutus tali silaturahmi”.

Dari Abdullah bin Abi Aufa r.a. berkata, ketika sore hari pada hari Arafah, pada waktu kami duduk mengelilingi Rasulullah saw, tiba-tiba beliau bersabda, “Jika di majelis ini ada orang yang memutuskan silaturahmi, silahkan berdiri, jangan duduk bersama kami.” Dan ketika itu, diantara yang hadir hanya ada satu yang berdiri, dan itupun duduk di kejauhan. Dan dalam waktu yang tidak lama, ia kemudian duduk kembali.

Rasulullah bertanya kepadanya,”Karena diantara yang hadir hanya kamu yang berdiri, dan kemudian kamu datang dan duduk kembali, apa sesungguhnya yang terjadi? Ia kemudian berkata, “Begitu mendengar sabda Engkau, saya segera menemui bibi saya yang telah memutuskan silaturahmi dengan saya. Karena kedatangan saya tersebut, ia berkata, “Untuk apa kamu datang, tidak seperti biasanya kamu datang kemari.” Lalu saya menyampaikan apa yang telah Engkau sabdakan. Kemudian ia memintakan ampunan untuk saya, dan saya meminta ampunan untuknya (setelah kami berdamai, lalu saya datang lagi ke sini).

Lalu Rasulullah bersabda,“Kamu telah melakukan perbuatan yang baik, duduklah, rahmat Allah tidak akan turun ke atas suatu kaum jika di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahmi.

So... mari kita selalu menjaga silaturahmi, agar kebaikan selalu mengiringi langkah kita,pertemuan hari ini dengan para sahabat tidak akan tergantikan dengan materi atau benda berharhga lainya. Katakan terimakasih untuk para sahabat yang selalu bersedia membagi kasih, kebaikan dan nasehatnya..

Senin, 23 November 2015

KAMU, KAMU DAN KAMU MUDAH ATAU SUSAH (HARUS, MESTI DAN WAJIB MELALUI)


Perguruan tinggi merupakan tempat yang harus dilewati ketika seseorang ingin meraih gelar sarjana. Perguruan negeri ataupun swasta, peminat tinggi, rendah hingga cadangan atau biasa disebut tempat penampungan atau pilihan terakhir. Jutaan siswa tamatan SLTA/MA sederajat berlomba-lomba untuk melalui test masuk perguruan tinggi. Berbagai cara dilakukan, yang punya biaya memadai memilih tempat bimbingan belajar paforit untuk mencari bekal mengikuti test, bagi mereka yang punya biaya pas-pasan memilih jalur beasiswa dan mengandalkan otak mereka, memeras pikiran mereka. Semua dilakukan semata-mata untuk meraih gelar yang namanya SARJANA, melewati masa-masa yang namanya MAHASISWA. Tapi pernahkah mereka berfikir, apakah perguruan tinggi merupakan pilihan hati atau sekedar ikut-ikutan?, apakah mereka akan senang selama diperguruan tinggi atau malah tersiksa?, apakah mereka mampu menyelasaikan tugas akhir/skripsi atau malah lari dan tamat 16 semester? Pernahkah mereka berfikir menjadi mahasiswa diperguruan tinggi bukan hal yang mudah dan bukan wadah untuk hura-hura?
Mahasiswa merupakan suatu predikat untuk seseorang yang sedang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa adalah pelajar yang lebih tinggi setingkat dari “siswa” dan level tertinggi untuk seorang pelajar. Mahasiswa memiliki beban lebih berat dari siswa, mahasiswa belajar mandiri dengan bimbingan dosen.
Mereka tidak Memperoleh gelar sarjana atau S1, biasanya mahasiswa membutuhkan waktu normalnya empat tahun/delapan semester. Pada semester tujuh mereka tidak lagi belajar di kelas, tetapi mengikuti kegiatan praktek kerja lapangan, baik pendidikan maupun non kependidikan. Semester delapan, pasca menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan, mereka melanjutkan untuk menulis skripsi/membuat tugas akhir. Disinilah kadang mahasiswa merasa lelah, putus asa bahkan GALAU.
Skripsi/tugas akhir merupakan salah satu mata kuliah yang harus dilewati dengan penelitian atau menghasilkan produk. Pada saat ini terdapat beberapa tahapan, seperti proses pengajuan judul, mengajukan dosen pembimbing, seminar proposal, penelitian dan ujian comprehensive. Biasanya mahasiswa yang rajin plus pintar serta beruntung dalam setiap prosesnya bisa menyelesaikan selama satu semester. Alhasil mereka diwisuda pas delapan semester. Tapi bagi yang otak pas-pasan, relasi kurang plus kurang beruntung, syukur-syukur selesai dua semester, terkadang butuh waktu hingga tiga semester bahkan lebih. Inilah masa-masa sulit menjadi mahasiswa,

Rekan-rekan mahasiswa, saat kamu, kamu dan kamu mau masuk perguruan tinggi, apakah kamu pernah berfikir tentang mudah, susah skripsi/tugas akhir yang harus, mesti, wajib dilalui?. Buat calon mahasaiswa alias yang masih siswa, piker-pikir lagi deh kalau mau masuk perguruan tinggi. Mending kerja nyari duit atau wirausaha. Pengusaha sukses aja banyak kok yang tidak sarjana. Dan kalaupun kamu memang pengen masuk perguruan tinggi, setidaknya kamu punya 10 alasan biar kamu gak nyesel. Okeh!

Berawal dari Kegelisahan Hati Tengah Malam

Saudaraku, ini hanya sebatas kisah yang tak berujung dan entah kapan dimulai.

Hati merupakan bagian yang paling murni dan paling mulia dari apapun. Hati juga berarti merubah dan membalik sesuatu dari satu posisi ke posisi lain. Tapi saudaraku pasti juga mengetahui pemilik hati dan penguasanya. Tidak ada satupun manusia yang mampu mengendalikanya. Apakah hatinya akan beriman atau kafir. Nabi Muhamad SAW bersabda:
“Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.” (HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik)
Saudaraku, beruntunglah engkau yang terlahir dalam keluarga muslim. Syukurilah jika hatimu menetap pada agama yang sempurna. Banyak sekali mereka yang kafir dan belum mendapat hidayah,
bahkan saat terlahir sebagai muslimpun belum tentu hati akan beriman. Hal-hal yang dapat memperbaiki hati:
  • Al-mujahadah (kesungguhan) dalam memperbaikinya.
Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang bermujahadah untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69). Abu Hafsh An-Naisaburi berkata, “Saya menjaga hatiku selama dua puluh tahun kemudian dia yang menjagaku selama dua puluh tahun.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 1205)
  • Banyak mengingat kematian dan hari akhirat.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits Abu Hurairah :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

“Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yakni kematian” (HR. Imam Empat kecuali Abu Daud). Dan beliau juga bersabda tentang ziarah kubur, “Karena sesungguhnya dia mengingatkan kalian kepada negeri akhirat -dalam sebagian riwayat: Kematian-.” (HR. An-Nasa`i dan Ibnu Majah juga dari Abu Hurairah ). Dan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah sangat banyak ayat dan hadits yang mengingatkan akan kengerian hari kiamat dan dahsyatnya api neraka. Said bin Jubair -rahimahullah- berkata, “Seandainya mengingat kematian hilang dari hatiku niscaya saya khawatir kalau hal itu akan merusak hatiku.”
  • Bergaul dengan orang-orang yang saleh.
Dalam hal ini Nabi SAW  bersabda sebagaimana dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari :

إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً

“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, maka mungkin dia akan memberikannya kepadamu atau mungkin juga kamu akan membeli darinya atau paling tidak kamu mencium bau wangi di sekitarmu. Adapun pandai besi, maka kalau dia tidak membakar pakaianmu maka paling tidak kamu mencium bau busuk di sekitarmu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Bahkan Allah Ta’ala telah berfirman, “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka,” (QS. Hud: 113)
  • Hatinya selalu terkait dengan Penciptanya dan Sembahannya.
Ini adalah jenjang ihsan yang Rasulullah  telah jelaskan definisinya dalam hadits Jibril yang masyhur, “Engkau menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau kamu tida sanggup melihat-Nya maka yakinlah kalau Dia melihatmu.” (Muttafaqun alaih). Ibnu Al-Qayyim berkata dalam Al-Wabil Ash-Shayyib, “Sesungguhnya di dalam hati ada wahsyah (sifat liar) yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan ketenangan dalam mengingat Allah, di dalamnya ada kesedihan yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan kegembiraan mengenal-Nya, dan padanya ada kefakiran yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan kejujuran tawakkal kepada-Nya, yang seandainya seseorang diberikan dunia beserta segala isinya niscaya kefakiran tersebut tidak akan hilang.”
  • Amalan saleh dengan semua bentuknya.
Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri.” (QS. Fushshilat: 46). Ibnu Abbas  berkata, “Sesungguhnya amalan baik memberikan cahaya pada hati, kecemerlangan pada wajah, kekuatan pada badan, tambahan pada rezeki, kecintaan di dalam hati-hati para hamba.” Dan sebesar-besar bahkan landasan setiap amalan yang saleh adalah ilmu agama yang bermanfaat, dengannyalah seorang hamba mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Rasulullah bersabda dalam hadits Muawiah bin Abi Sufyan:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya maka Dia akan memberikannya pemahaman dalam agama.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
  • Memanfaatkannya (hati) sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Ini adalah hal yang bisa dipahami secara akal, yakni suatu benda yang dibuat untuk mengerjakan sesuatu pasti akan rusak kalau digunakan untuk selain dari tujuan pembuatannya. Dan tujuan diciptakannya hati dan akal adalah untuk mentadabburi ayat-ayat Allah yang bersifat syar’i dan kauni yang darinya akan lahir amalan-amalan sebagai tanda keimanan dia kepada Allah. Pernah ditanyakan kepada Ummu Ad-Darda` -radhiallahu anha- tentang ibadah suaminya yang paling sering dia lakukan, maka beliau menjawab, “Berpikir dan mengambil pelajaran (darinya).”
  • Berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Allah SWT berfirman, “Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az-Zukhruf: 36). Dan Allah  berfirman, “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (QS. Thaha: 124-126) Dan Allah berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Saudaraku, sebagai manusia kita berupaya untuk memperbaiki hati, namun hasilnya percayakanlah kepada sang pemilik hati. Tidak akan sia-sia usahamu, tidak akan mubazir keringatmu. Dan ingatlah, jangan biarkan hatimu RUSAK. Oke, Hal-hal yang dapat merusak hati akan kita "bicarakan" selanjutnya.
Bersyukur dan Ikhlas, Yakin Usaha Sampai