Saudaraku, ini hanya sebatas kisah yang tak berujung dan entah kapan dimulai.
Hati merupakan bagian yang paling murni dan paling mulia dari apapun. Hati juga berarti merubah dan membalik sesuatu dari satu posisi ke posisi lain. Tapi saudaraku pasti juga mengetahui pemilik hati dan penguasanya. Tidak ada satupun manusia yang mampu mengendalikanya. Apakah hatinya akan beriman atau kafir. Nabi Muhamad SAW bersabda:
“Wahai Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.” (HR. At-Tirmidzi dari Anas bin Malik)
Saudaraku, beruntunglah engkau yang terlahir dalam keluarga muslim. Syukurilah jika hatimu menetap pada agama yang sempurna. Banyak sekali mereka yang kafir dan belum mendapat hidayah,
bahkan saat terlahir sebagai muslimpun belum tentu hati akan beriman. Hal-hal yang dapat memperbaiki hati:
- Al-mujahadah (kesungguhan) dalam memperbaikinya.
Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang bermujahadah untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69). Abu Hafsh An-Naisaburi berkata, “Saya menjaga hatiku selama dua puluh tahun kemudian dia yang menjagaku selama dua puluh tahun.” (Nuzhah Al-Fudhala`: 1205)
- Banyak mengingat kematian dan hari akhirat.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits Abu Hurairah :
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
“Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yakni kematian” (HR. Imam Empat kecuali Abu Daud). Dan beliau juga bersabda tentang ziarah kubur, “Karena sesungguhnya dia mengingatkan kalian kepada negeri akhirat -dalam sebagian riwayat: Kematian-.” (HR. An-Nasa`i dan Ibnu Majah juga dari Abu Hurairah ). Dan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah sangat banyak ayat dan hadits yang mengingatkan akan kengerian hari kiamat dan dahsyatnya api neraka. Said bin Jubair -rahimahullah- berkata, “Seandainya mengingat kematian hilang dari hatiku niscaya saya khawatir kalau hal itu akan merusak hatiku.”
- Bergaul dengan orang-orang yang saleh.
Dalam hal ini Nabi SAW bersabda sebagaimana dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari :
إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, maka mungkin dia akan memberikannya kepadamu atau mungkin juga kamu akan membeli darinya atau paling tidak kamu mencium bau wangi di sekitarmu. Adapun pandai besi, maka kalau dia tidak membakar pakaianmu maka paling tidak kamu mencium bau busuk di sekitarmu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Bahkan Allah Ta’ala telah berfirman, “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka,” (QS. Hud: 113)
- Hatinya selalu terkait dengan Penciptanya dan Sembahannya.
- Amalan saleh dengan semua bentuknya.
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan pada dirinya maka Dia akan memberikannya pemahaman dalam agama.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
- Memanfaatkannya (hati) sesuai dengan tujuan penciptaannya.
- Berdzikir kepada Allah Ta’ala.
Saudaraku, sebagai manusia kita berupaya untuk memperbaiki hati, namun hasilnya percayakanlah kepada sang pemilik hati. Tidak akan sia-sia usahamu, tidak akan mubazir keringatmu. Dan ingatlah, jangan biarkan hatimu RUSAK. Oke, Hal-hal yang dapat merusak hati akan kita "bicarakan" selanjutnya.
Bersyukur dan Ikhlas, Yakin Usaha Sampai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar